Kata orang sih ini tempat nongkrong.. sering lewat tp ga prnh mampir.. – at Banjir Kanal Barat
See on Path
Kata orang sih ini tempat nongkrong.. sering lewat tp ga prnh mampir.. – at Banjir Kanal Barat
See on Path
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman memotivasi ide-ide baru yang menciptakan terobosan-terobosan mutakhir baik dalam bentuk inovasi maupun discovery. Perkembangan ini tentu membawa manusia pada berbagai macam kemajuan. Khususnya dalam bidang makanan, meninjau sifat makanan yang mudah sekali mengalami kerusakan atau yang biasa disebut (perisable food).
Kerusakan makanan dapat terjadi karena oksidasi lipid.1 Oksidasi lipid dapat menghasilakan radikal bebas dan hiperolsida yang bias menyebabkan reaksi lanjut terhadap aldehida, keton, alkohol, esters dan rantai pendek hidrokarbon seperti malonaldehid dan pentana.1 Ketengikan oksidatif dapat menciptakan off-bau, off-rasa, menghancurkan asam lemak esensial dan vitamin larut lemak dan bahkan menghasilkan racun.1 Oleh karena itu, untuk menambah umur simpan, biasanya digunakan food additive preservative atau yang lazim disebut bahan tamabahan pengawet.1
Bahan pengawet (preservatives) ini biasanya dicampurkan dalam makanan agar dapat memperpanjang daya tahan makanan. Kebanyakan makanan yang beredar di pasaran bisa bertahan hingga beberapa bulan,bahkan bisa sampai 1 tahun. Namun ada satu alasan lagi, mengapa para produsen makanan mencampurkan bahan pengawet dalam produk mereka. Sebenarnya, hal ini dilakukan agar rasa makanan itu menjadi lebih enak dan warnanya pun menjadi lebih menarik, sehingga konsumenmerasa tertarik untuk membelinya.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bahan Pengawet
Bahan Pengawet adalah bahan tambahan pangan yang biasanya digunakan dalam bahan-bahan makanan instan.2 Dan digunakan agar makanan tidak cepat busuk dan mempunyai umur simpan lebih lebih tahan lama tanpa mengurangi nilai gizi maupun rasanya.2 bahan pengawet berperan dalam proses fermentasi, pengasaman, dan proses penguraian lain akibat adanya mikroorganisme dalam makanan.2 Pengawetan makanan dilakukan berdasarkan prinsip membunuh mikroorganisme pembusuk atau membuat kondisi tertentu, sehingga mikroorganisme tidak akan berkembang.3 Kerusakan dalam bahan pangan tersebut dapat disebabkan oleh fungi, bakteria dan mikroba lainnya. Kontaminasi bacteria tersebutlah yang dapat menyebabkan penyakit di dalam tubuh manusia. Bahan Pengawet yang telah siap dicampurkan dengan bahan pangan, dapat disebut dengan Pengawet Pangan. Agen pengawet diperlukan untuk memastikan bahwa makanan yang diproduksi tetap aman dan murni.
Secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga, yaitu4:
2.2 Kegunaan bahan pengawet (preservative)
Seperti yang dijelaskan pada pengertian bahan pengawet, kegunaan atau manfaat dari bahan pengawet sendiri adalah untuk digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan.5 Bahan pengawet digunakan juga terutama untuk menghambat kerusakan mikrobiologis. Bahan pangan dapat mengalami kerusakan secara kimiawi, mikrobiologis dan enzimatis.6 Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan mikroba.6 Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mudah rusak; tetapi sering terjadi produsen pangan menggunakannya pada bahan yang relatif awet, dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur.6
Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan.5 Teknologi pengawetan makanan yang dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada cara-cara tradisional yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi bahan makanan.5
2.3 Jenis bahan pengawet
Ada dua golongan besar antagonis mikrobia yang berguna dalam pengawetan pangan, yaitu zat atau bahan pengawet yang bersifat organic dan anorganik dalam bentuk asam dan garamnya.7 Aktivitas-aktivitas dari bahan pengawet tidaklah sama, maksud dari ketidaksamaan ini adalah ada yang efektif terhadap bakteri, khamir, ataupun kapang.7
Menurut jurnal J. Delves-Broughton Nisin, toxicologically aman, antibakteri pengawet makanan.8 Nisin dianggap sebagai alami karena polipeptida yang diproduksi oleh jenis dari bakteri asam laktat, Lactococcus lactis subsp.8 lactis (selanjutnya disebut sebagai L. lactis), selama fermentasi.8 Nisin menunjukkan aktivitas mikroba terhadap berbagai bakteri Gram positif, dan khususnya efektif terhadap spora. Ini menunjukkan sedikit atau tidak ada aktivitas bakteri Gram negatif, khamir, dan kapang.8
Pada tahun 1969, Nisin diterima penggunaannya sebagai pengawet antimikroba (antimicrobial preservative) dalam makanan oleh Joint FAO / WHO Expert Committee on Food Additives. Sejak itu Nisin diberi nomor 234 sebagai food additive dan diijinkan penggunaannya di 50 negara bahkan sekarang lebih.8
Di Australia dan Selandia Baru nisin diperbolehkan penggunaannya padaproduk krim (rasa, kekentalan, dan asam) dengan maksimum 10 mg/kg pada crumpets, flapjacks dan pikelets (produk tepung hot plat) dengan maksimum 250 mg/kg, dan dalam produk keju, emulsi minyak (<80% minyak), produk tomat pH 4,5 , bir dan produk terkait, produk cair telur, susu dan makanan penutup berbasis lemak, makanan ringan, saus, topping, mayonnaises dan saus salad di tingkat yang sesuai dengan praktek Good Manufacturing.8
Kesesuaian Nisin sebagai pengawet makan berkembang dari karakteristik berikut: tidak beracun, produsen jenis L. lactis yang dianggap aman (food grade), tidak digunakan secara klinis, belum ada kejelasan tentang resistansi silang pada bakteri dapat mempengaruhi terapi antibiotik, dan cepat dicerna. Sejak 1953, Nisin telah dijual dengan nama dagang Nisaplin. Nisaplin mengandung kira-kira 2,5% nisin.8
Figure 2. Nisin
Bakteri gram negatif tahan (resisten) terhadap Nisin karena dinding sel bakteri gram negatif jauh lebih permeabel dari bakteri Gram positif.8 Namun setiap treatment dari bakteri Gram-negatif untuk membuat dinding sel permeabel terhadap Nisin, membuat mereka rentan terhadap nisin. Aksi nisin terhadap spora belum terlalu diketahui.8 Hal ini lebih didominasi sporostatic daripada sporocidal, spora dipanaskan semakin rusak dan semakin mereka rentan terhadap nisin, dan nisin muncul untuk mengikat kelompok-kelompok sulphhydryl pada permukaan spora.8
Nisaplin merupakan produk yang sangat stabil, menunjukkan tidak adanya perubahan selama dua tahun ketika disimpan di bawah kondisi kering dalam kegelapan, di bawah 25oC. kelarutan Nisin menunjukkan meningkat dalam lingkungan asam dan berkurang jika pH meningkat.8 Namun, karena rendahnya tingkat Nisin dalam pengawetan makanan, kelarutannya tidak menimbulkan masalah. Solusi nisin paling stabil untuk autoclaving (121oC selama 15 menit) pada kisaran pH 3.0-3,5 (<hilangnya aktivitas 10%). Pada nilai pH di bawah dan di atas kisaran ini, ditandai penurunan aktivitas.8
(>kerugian 90% pada pH 1 atau 7) Kerugian aktivitas pada suhu pasteurisasi adalah kurang signifikan (Sekitar 20% selama pembuatan keju diproses standar pada pH 5,6-5,8). Komponen makanan juga dapat melindungi Nisin selama pengolahan pemanasan dibandingkan dengan sistem buffer.8
Stabilitas Nisin dalam sistem penyimpanan makanan tergantung pada tiga faktor, yaitu : suhu inkubasi, pH dan lama penyimpanan.8 Retensi nisin Lebih pada suhu yang lebih rendah. Misalnya, pembuatan keju yang dipasteurisas pada (85-105°C selama 5-10 menit pada pH 5,6-5,8), menghasilkan kerugian awal sekitar 20-30%, retensi Nisin setelah penyimpanan selama 30 minggu menjadi sekitar 80% pada 20°C, 60% pada 2 °C dan 40% pada 3 °C. Dengan demikian penambahan nisin yang lebih tinggi akan diperlukan jika penyimpanan pada suhu lingkungan yang luar biasa tinggi.8 Dalam pengolahan makanan dingin enzim proteolitik dapat mempengaruhi stabilitas nisin.8 Aditif makanan, titanium dioksida dan natrium metabisulfit dapat juga mempengaruhi stabilitas nisin tersebut.8
Table 1 merangkum kategori utama makanan di mana nisin digunakan, dan tipe kebusukan atau bakteri pathogen dalam produk-produk yang dikendalikan oleh nisin.8
Food application |
Typical target organisms |
Level of nisin (mg/kg or mg/L) |
Level of Nisaplin® (mg/L) |
Processed cheese |
Clostridium spp.Bacillus spp. |
5–15 |
200–600 |
Pasteurised milk and milk products |
Clostridium spp.Bacillus spp. |
0.25–10.0 |
10–400 |
Pasteurised chilled soups |
B. cereusC. pasteurianum |
2.5–6.25 |
100–200 |
Crumpets |
B. cereus |
4–6.25 |
150–250 |
Canned foods (high acid) |
C. botulinum and thermosaccharolyticum |
2.5–5.0 |
100–200 |
Ricotta cheese |
Listeria monocytogenes |
2.5–5.0 |
100–200 |
Continental type cooked sausage |
Lactic acid bacteria, Brochothrix thermosphacta, L. monocytogenes |
5–25 |
200–1000 |
Dipping sauces |
Lactic acid bacteria |
1.25–6.25 |
50–250 |
Salad dressings |
Lactic acid bacteria |
1.25–5 |
50–200 |
Beer: pitching yeast wash |
Lactic acid bacteria, eg. Lactobacillus, Pediocococcus |
25.0–37.5 |
1000–1500 |
post fermentation |
0.25–1.25 |
10–50 |
Zat pengawet organic lebih banyak dipakai daripada zat pengawet anorganik. Hal ini dikarenakan bahan ini mudah dibuat. Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet ialah asam sorbet, asam propionat, asam benzoat, asam asetat, dan epoksida.7
Asam sorbat tergolong asam lemak monokarboksilat yang berantai lurus dan mempunyai ikatan tidak jenuh. Bentuk yang digunakan umumnya garam Na- dan K-sorbat.7
Figure 3. Kalium Sorbat
Dalam jurnal Palou, L. at all, kalium sorbat 200 mM sodium benzoat dan sorbat natrium, 100 mM 2-deoksi-D-glukosa, 400 mM natrium karbonat, dan 250 kalium karbonat mM, memiliki kinerja terbaik secara keseluruhan sebagai alternatif mungkin untuk fungisida konvensional untuk mengendalikan pembusukan.9 Dalam uji semicommercial, campuran fludioxonil dengan kalium sorbat, natrium benzoat, atau 2-deoksi-D-glukosa digunakan sebagai pelapis buah di packingline yang tidak sinergis dalam efektivitas untuk mengendalikan kebusuksan berwarna coklat, kelabu, dan kebusukan asam.9 Walaupun efektif dalam vitro, penggunaan komersial senyawa ini tidak menjanjikan dengan metode aplikasi telah dievaluasi.9
Sorbat terutama digunakan untuk mencegah pertumbuhan kapan dan bakteri.7 Sorbat aktif pada pH di atas 6,5 dan keaktifannya menurun dengan meningkatkan pH.7 Mekanisme asam sorbat dalam mencegah pertumbuhan mikroba adalah dengan mencegah kerja enzim dehidrogenase terhadap asam lemak. Struktur α-diena pada asam sorbat dapat mencegah oksidasi asam lemak oleh enzim tersebut.7 Sebaliknya hewan tingkat tinggi dapat memetabolisasi asam sorbat seperti asam lemak biasa.7
Asam propionate (CH3CH2COOH) mempunyai struktur yang terdiri dari tiga atom karbon tidak dapat dimetabolisasi oleh mikroba.7 Hewan tingkat tinggi dan manusia dapat memetabolisasi asam propionate ini seperti asam propionate biasa.7 Propionate biasanya digunakan dalam bentuk garam natrium dan calcium nya, dan bentuk efektifnyaadalah bentuk molekul tak terdisosiasi. Propionate efektif terhadap kapang dan beberapa khamir pada pH di atas 5.7
Asam benzoate (C6H5COOH), merupakan bahan pengawet yang luas penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan yang bersifat asam.7 Bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoate efektiff pada 2,5-4,0. Karena kelarutan garamnya lebih besar, maka biasanya digunakan dalam bentuk garam Na-benzoat.7
Figure 4. asam benzoat
Dalam jurnal Saurav Brahmachari et, all NAB (Na-Benzoat) penting dalam dunia medis, karena merupakan komponen dari Ucephan, sebuah Administrasi Makanan dan Obat (FDA) yang disetujui dan digunakan dalam pengobatan cacat metabolisme hepatik yang terkait dengan hiperamonemia seperti gangguan siklus urea pada anak-anak.10 NAB juga banyak digunakan sebagai pengawet dalam berbagai makanan dan produk kosmetik.10 Selain itu, NAB tidak beracun dan dapat diberikan sebagai solusi dalam air minum. Telah dilaporkan bahwa solusi 2% dari NAB dalam air minum aman untuk pengobatan seumur hidup pada tikus tanpa efek samping yang nyata.10
Dalam tubuh terdapat mekanisme detoksifikasi terhadap asam benzoate, sehingga tidak terjadi penumpukan asam benzoate, asam benzoate akan bereaksi dengan glisin dan berubah menjadi asam hipurat yang akan dibuang oleh tubuh.7 Asam benzoate secara alami terdapat dalam rempah-rempah seperti cengkeh dan kayu manis.9 Kayu manis mengandung tiga senyawa utama (cinnamaldehyde, asetat cinnamyl dan alkohol cinnamyl), yang masing-masing diubah menjadi asam sinamat oleh reaksi oksidasi dan hidrolisis.10 Dalam hati, asam sinamat ini adalah β-teroksidasi menjadi benzoat, yang terdapat sebagai garam natrium (sodium benzoat; NAB) atau benzoil-KoA.10
Cuka adalah larutan 4% asam asetat dalam air dan sering digunakan sebagai bahan pengawet dalam roti untuk mencegah pertumbuhan kapang. Sebaliknya, asam asetattidak dapat mencegah pertumbuhan khamir. Cuka aktifitasnya lebih besar pada pH rendah.7
Figure 5. asam asetat
Bahan pengawet kimia biasanya hanya bersifat mencegah pertumbuhan mikroba saja.7 Tetapi senyawa epoksida seperti etilen dan propilen oksida bersifat membunuh semua mikroba termasuk spora dan virus.7 Mekanisme dari epoksida belum diketahui, namun diduga gugus hidroksil mengadakan reaksi alkilasi terhadap senyawa antara yang essensial bagi pertumbuhan mikroba sehingga merusak sistem metabolismenya.7
Etilen oksida dan propilen oksida digunakan sebagai fumigant terhadap rempah-rempah, tepung, dan lain-lain.7 Etilen oksida lebih efektif disbanding dengan propilen oksida, namun etilen oksida lebih cepat menguap, terbakar, dan meledak, karena itu byasanya diencerkan dengan senyawa lain membentuk campuran 10% etilen oksida dengan 90% CO2.7
Zat pengawet organic yang masih sering dipakai adalah sulfit, nitrat, dan nitrit. 7
Figure 6. Sulfit
Sulfit digunakan dalam bentuk gas SO2, garam Na, atau K-sulfit, bisulfit, dan metabisulfit.7 Bentuk efektifnya sebagai pengawet adalah asam sulfit yang tak terdisosiasi dan terutama terbentuk pada pH di bawah 3. Molekul sulfit lebih mudah menembus dinding sel mikroba, bereaksi dengan asetaldehida membentuk senyawa yang tak dapat difermentasi oleh enzim mikroba, mereduksi ikatan disulfide enzim, dan bereaksi dengan keton membentuk hidroksisulfonat yang dapat menghambat mekanisme pernafasan.7
Sayuran seperti mentimun dan paprika dapat dipertahankan keawetanya dengan menggunakan pengasam yang dikombinasi dengan beberapa pengawet.11 Komoditas ini dapat dipertahankan keawetannya dengan menggunakan pengawet tertentu seperti natrium sulfit atau natrium benzoat, tanpa menggunakan natrium klorida (garam meja) baik s pemucatan maupun pemanasan.11 Sulfit membantu untuk mempertahankan keawetan beberapa paprika.11
Paprika merah yang disimpan dalam larutan garam bebas, yang kulitnya diasamkan dengan sulfit sebagai pengawet mikroba.12 Retensi tekstur dari paprika yang disimpan ini dievaluasi sebagai fungsi dari pH, asam, kalsium, treatment blanch, dan kondisi pertumbuhan paprika.12 Paprika yang tumbuh dilapangan terbuka akan tumbuh melunak lebih cepat daripada paprika yang tumbuh di dalam rumah kaca dan variabilitas paprika lebih dipamerkan pada kemampuan mereka untuk mempertahankan tekstur selama penyimpanan. Peningkatan ketegasan retensi paprika merah disimpan pada 30 derajat C, diamati ketika pH disesuaikan Menjadi 3,4-3,8, setidaknya 5 mM kalsium ditambahkan ke paprika, paprika merah yang direbus pada suhu 75 derajat C dalam 1 menit.12
Selain sebagai pengawet, sulfit dapat berinteraksi dengan gugus karbonil.7 Hasil reaksi itu akan mengikat melanoidin sehingga mencegah timbulnya warna coklat. Sulfur oksida juga dapat berfungsi sebagai anti oksidan dan meningkatkan daya kembang terigu.7
Garam nirit dan nitrat umumnya digunakan dalam proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan.7 Mekanismenya belum diketahui, tetapi diduga bahwa nitrit bereaksi dengan gugus sufrihidril dan membentuk senyawa yang tidak dapat dimetabolisasi oleh mikroba dalam keadaan anaerob. Dalam daging nitrit akan membentuk nitroksida yang dengan pigmen daging akan membentuk nitrosomioglobin yang berwarna merah cerah.7
Pembentukan nitrooksida akan terlalu banyak bila hanya menggunakan garam nitrit, karena itu biasanya digunakan campuran garam nitrit.7 Garam nitrat akan tereduksi oleh bakteri nitrat menghasilkan menghasilkan nitrit. Peranan garam nitrat sendiri sebagai bahan pengawet masih dipertanyakan. Dari penelitian yang telah dilakukan, didapat bahwa nitrat tidak dapat mencegah kebusukan, bahkan akan menyebabkan kebusukan apabila dalam keadaan aerobic.7
Figure 7. Natrium nitrit
Penggunaan natrium nitrit sebagai pengawet dan untuki mempertahankan warna daging atau ikan, ternyata menibulkan efek yang membahayakan kesehatan. Nitrit dapat berikatan dengan amino atau amida dan membentuk turunan nitrosamine yang bersifat toksik. Reaksi pembentukan nitrosamine dalam pengolahan atau dalam perut yang bersuasana asam sebagai berikut:7
R2NH + N2O3 —> R2N , NO + HNO2
(amina sekunder
misal : pirolidina)
R3N + N2O3 —> R2N , NO + R
Nitrosoamina
(karsinogenik)
Nitrosoamina ini dapat menimbulkan kanker pada hewan. Sampai sejauh ini, penelitian menunjukkan bahwa jumlah nitrosoamina yang terbentuk pada jumlah makanan masih jauh dari jumlah dosis yang membahayakan hewan.7 Tetapi jumlah esebut telah membuat pemakaian nitrit dibatasi.7
Banyak senyawa senyawa kimia dalam pengawetan pangan yang ditujukan untuk melindungi zat gizi, cita rasa, tekstur, dan stabilitas penyimpanan bahan pangan.13 Antioksidan seperti butylated hydroxyanisole (BHA), 3 butylated hidroksitoluen (BHT) dan ethoxyquin memiliki sifat antioksidan dan telah digunakan dalam industri makanan hewan peliharaan selama bertahun-tahun.1 Antioksidan jenis ini tergolong pengawet yang aman, hemat biaya dan efisien.1 Tanaman mengandung konsentrasi redoks-aktif yang tinggi, yakni banyak metabolit sekunder (yaitu, antioksidan), seperti polifenol, karotenoid, tokoferol, tocotrienol, glutation, asam askorbat, dan enzim dengan aktivitas antioksidan, yang membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif berbahaya.14 Antioxidants, seperti tokoferol, rosemary, β-karoten atau antioksidan synergis, seperti asam askorbat dan lecithin, digunakan dalam makanan manusia, tetapi ada sedikit yang digunakan untuk makanan hewan peliharaan.1
Komponen utama dari bahan pangan ialah protein, karbohidrat, dan lemak.13 Pembusukan bahan pangan yang mengandung lemak melibatkan deteriorasikomponen-komponen lemak. Kesulitan utama yang dijumpai dalam pengawetan adalah timbulnya ketengikan. Kerusakan lemak dan minyak banyak telah banyak mendapatkan mendapatkan perhatian dan dalam pengawetannya telah mendapatkan kemajuan yang besar.13
Ada dua jenis ketengikan, yaitu ketengikan oksidatif dan ketengikan hidrolitis. Dari kerusakan-kerusakan lemak dan minyak, ketengikan oksidatif merupakan kerusakan yang selalu terjadi. Ketengikan oksidatif ini dipengaruhi oleh udara, cahaya, panas, logam berat, air dan adanya antioksidan alami.13
Sebagaimana diantisipasikan dari struktur kimianya, oksidasi asam lemak yang tidak jenuh terjadi pada ikatan rangkapnya. Dengan adanya suatu katalisator yang cocok atau kontak dengan enzim lipoksidase, asam lemak berantai panjang yang tidak jenuh dapat dipecah menjadi asam berantai pendek. 13
Asam lemak rantai pendek yang terbentuk memiliki bau karakteristik yang biasanya tidak dikehendaki dan bertanggung jawab pada rasa tengik dari lemak yang berkontaminasi dengan udara.13 Banyak substansi-substansi yang mampu berperan sebagai antioksidan antara lain sebagian berasal dari fenol (hidroquinon dan pirogalol) dan substansi-substansi yang terbentuk secara alami, misalnya glutation, asam askorbat, dan tokoferol (contohnya vitamin E), di Amerika Serikat penggunaan kedua senyawa fenol (hidroquinon dan pirogalol) ini tidak diizinkan sebagai zat aditif bahan pangan.13
Beberapa antioksidan biologis vitamin E telah menunjukkan sifat-sifat antioksidan. Hilangnya vitamin E dalam keju terjadi sebelum pemecahan vitamin A dan terjadinya ketengikan. Penambahan vitamin E kedalam larutan vitamin A dalam minyak menghambat oksidasi vitamin A, sepanjang vitamin E tetap tinggal dalam peranannya sebagai antioksidan.13
Nampaknya molekul-molekul lemak atau minyak menjadi aktif, bereaksi dengan oksigen yang tersedia dan menghasilkan peroksida, yang selanjutnya memindahkan sebagian tenaga kepada molekul-molekul lemak lain,yang mengalami aktivitas yang serupa. Dengan adanya antioksidan, tenaga tersebut nampaknya diambil oleh antioksidan dan tidak memindahkan tenaga tersebut kepada molekul-molekul lain, sehingga menghentikan reaksi berantai. Reaksi oksidasi tidak mudah untuk dikendalikan,13 jika minyak memiliki peroksida yang reaktif cukup besar sebelum adanya penambahan antioksidan. Adanya ion-ion logam dapat merusak atau bahkan menurunkan efisiensi antioksidan.13
Beberapa antioksidan yang digunakan untuk meningkatkan umur simpan ialah asam askorbat, askorbil palmitat,kalium askorbat, asam eritorbat, natrium askorbat dan tokoferol.13 Produk-produk lain yang juga digunakan sebagai antioksidan meliputi butyl hidroksitoluen, butyl hidroksianisol, dilauril-tiodipropionat, propel galat, dan asam ditiopropionat yang biasanya digunakan pada kadar 0,02 persen. Gom guayakol berkadar 0,10 persen juga digunakan sebagai antioksidan. Asam benzoate juga memiliki sebagian sifat antioksidan.13
Ada dua tipe antioksidan yang berbeda yaitu tipe antioksidan tunggal, dan tipe sinergis. Sinergisme menunjukkan bahwa penggunaan atau penggabungan dua atau lebih antioksidan menghasilkan pengaruh yang lebih besar dari pada satu antioksidan tunggal.13 Senyawa-senyawa tertentu tidak memiliki kapasitas antioksidan sebelum dikombinasikan dengan antioksidan dan akan memberikan hasil-hasil yang lebih baik.13 Mekanisme actual dari sinergisme tergantung pada asalnya sinergis, antioksidan dan lemak. Sebagai contoh, sinergisme menggunakan quinon dan asam askorbat. Dengan adanya asam askorbat, quinon direduksi menjadi semiquinon dan kemantapan molekul lemak kemudian dipengaruhi oleh semiquinon yang diaktivasikan.13
Dimungkinkan untuk menambahkan suatu substansi kedalam lemak dan minyak yang secara efektif doksidasikan, sehingga melindungi asam lemak tak jenuh.13
Suatu pencoklatan enzimatis yang terjadi dalam jaringan buah-buahan dan sayuran yang dirusak oleh pemotongan, pengupasan, pengirisan dan penggilingan.13 Bila kontak dengan oksigen, asam askorbat pada permukaan basah akan segera teroksidasi. Bila aktivitas sempurna maka akan terlihat bahwa mekanisme perkembangan warna coklat melibatkan polifenol oksidase, substrat yang cocok dan oksigen.13 Pada tingkat pertama katekol akan dioksidasi dan terbentuk o-benzoquinon.13 Ortoquinon mengalami oksidasi lanjut menjadihidroquinon, yang mengalami polimerasi dan bentuk zat warna coklat yang umumnya terlihat pada jaringan tersebut.13
Aktivitasnya dapat dikendalikan dengan jalan memanaskan substrat untuk meningkatkan sistem enzim yang bekerja, atau dengan pengendalian secara khemis yang sesuai. Yang jelas asam askorbat dapat digunakan, dan ternyata asam askorbatlah yang paling cocok, banyak pemakaian asam askorbat yang dilakukan dengan mengambil keuntungan dari kemampuanya sebagai antipencoklatan. Memperlakukan jaringan yang peka dalam larutan aasam askorbat 0,1 persen merupakan suatu pengendalian yang efektif. Dalam hal ini asam sitrat dengan asam askorbat bersifat sinergis.13
Antibrowning agen (sitrat dan asam askorbat) dan kalsium klorida menghasilkan pengurangan kematangan dan kerusakan apel potong segar yang disimpan 4oC selama 5 hari dalam kondisi atmosfer normal.15 Selama penyimpanan, aktivitas (polyphenol oxidase) naik dan telah dihambat oleh penggunaan sitrat dan asam askorbat.15 Agen ini antibrowning membantu menjaga warna apel potong segar selama penyimpanan. Sebaliknya, penggunaan 1-methylcyclopropene tidak efektif untuk mencegah kerusakan warna irisan apel dari hari pertama yang disimpan dalam keadaan dingin.15
Efektivitas asam askorbat (AA), asam isoascorbic (IAA) dan N-asetil-sistein (AC) dalam menghambat pencoklatan potongan irisan nanas segar yang disimpan selama 14 hari pada suhu 10oC telah dipelajari, Irisan diperlakukan dengan IAA dan AA untuk mempertahankan tingkat gula yang lebih tinggi dan vitamin c dari AC dan juga kontrol.16 Pengurangan jumlah kandungan fenolik yang rendah pada irisan berkorelasi dengan rendahnya aktivitas polifenol oksidase. IAA dan AA memperlambat tingkat degradasi dari gula, vitamin C, dan kandungan fenolik, sedangkan AC kurang efektif dalam mempengaruhi proses ini.16 Kandungan yang lebih tinggi dari AA dan IAA dikaitkan dengan parameter kualitas komposisi yang lebih baik dan risan nanas selama période penyimpanan.16
Larutan garam juga telah digunakan untuk pengendalian sementara perubahan warna dan biasanya dilakukan dalam pembuatan bahan pangan dirumah. Belerang oksida juga saebagai agensia pengendali pencoklatan yang efektif.13
2.4 Bahan Pengawet Yang Dijinkan
BAHAN-BAHAN PENGAWET YANG DIIZINKAN PENGGUNAANNYA17
2.5 Bahan pengawet yang tidak diijinkan17
Penggunaan untuk solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, pengontrol kecoa.
Efek negatif :
Pemakaian sedikit dan lama akan terjadi kumulatip pada oktak, hati, lemak dan ginjal. Untuk pemakaian jumlah banyak mnyebabkan demam , anuria, merangsang SPP, depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, koma bahkan kematian.
Boraks merupakan garam natrium Na2B4O7. 10H2O, yang banyak digunakan di berbagai industry non pangan, khususnya industry kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik.18
Boraks terjadi dalam suatu deposit hasil dari proses penguapan “hot spring” (pancuran air panas) atau danau garam dan playas. Boraks termasuk kelompok mineral borat, suatu jenis senyawa kimia alami yang terbentuk dari boron dan oksigen. 18
Bila mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks tidak langsung berakibat buruk terhadap kesehatan, tetapi akan terserap dalam tubuh secara komulatif. Konsumsi boraks yang tinggi dalam makanan akan terserap dalam tubuh secara akumulatif dalam hati, otak, atau testis. Gejala yang ditimbulkan jika mengonsumsi makanan yang mengandung jumlah boraks yang tinggi adalah pusing-pusing, muntah, mencret, kram perut, cyanis, kompulsi. Pada anak kecil dan bayi bila dosis dalam tubuhnya sebanyak 5 gram atau lebih dapat menyebabkan kematian. Pada dewasa kematian terjadi pada dosis 10-20 gram atau lebih.18
Kegunaan : Antiseptik ( Externally) dan Keratolitik ( topical).
Efek Negatif :
banyak menyebabkan muntah muntah, kejang perut, sesak napas, acidosis, gangguan mental.
Penggunaan :
Desinfektan, antiseptik, pemghilang bau, fiksasi jaringan, dan fumigan, juga dipakai pada industri tekstil dan kayu lapis.
Efek Negatif :
Sakit perut, muntah muntah, depresi susunan syaraf. Dalam jumlah yang banyak dapat menyebakan kejang kejang, kencing darah, susah kencing, muntah darah , kematian.
Formalin atau formaldehida merupakan bahan tambahan kimia yang efisien, tetapi dilarang ditambahkan pada bahan pangan, tetapi ada kemungkinan formaldehid digunakan dalam pengawetan tahu, mie, dan produk pangan lain.18
Sifat fisik:18
Fomalin terdapat pada makanan karena fungsinya sebagai zat bakteriostatik dalam produksi dan untuk mempertahankan karakteristiknya. Namun, formalin merupakan bahan beracun yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh menyebabkan iritasi lambung, karsinogenik, dan bersifat mutagen. Formalin bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel tubuh, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel serta keracunan pada tubuh. 18
Ciri-ciri keracunan akibat formalin:18
Merupakan antibiotik spektrum luas.
Efek negatif : Membunuh flora usus.
Merupakan anti mikroba.
Efek negatif : membunuh flora usus.
Efek negatif : Iritasi kuat terhadap membran mukosa.
Penggunaan : sebagai pengawet anggur, soft drink, fruit juices.
Efek negatif : iritasi membran mukosa.
Pada tikus menaikan kerusakan sel adenomas liver, papiloma, rongga ginjal dan kandung kemih, menyebakan pembentukan batu. Pada manusia belum ada data, tetapi tidak layak digunakan sebagai pemanis.
Biasanya digunakan pada minuman ringan.
Efek negatif : Menimbulkan reaksi alergi, Metabolisme ion Br yang perlahan menimbulkan akumulasi pada sel adiphose tulang dan lemak.
Biasanya digunakan sebagai pemutih dan pematang tepung.
Efek Negatif :
Menurut hasil penelitian penggunaan pada makanan minuman dapat membahyakan kesehatan karena bersifat karsinogenik. Dapat menyebabkan Muntah, mual, diare,dan kerusakan pada ginjal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahan Pengawet adalah bahan tambahan pangan yang biasanya digunakan dalam bahan-bahan makanan instan. Dan digunakan agar makanan tidak cepat busuk dan mempunyai umur simpan lebih lebih tahan lama tanpa mengurangi nilai gizi maupun rasanya. bahan pengawet berperan dalam proses fermentasi, pengasaman, dan proses penguraian lain akibat adanya mikroorganisme dalam makanan. Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mudah rusak; tetapi sering terjadi produsen pangan menggunakannya pada bahan yang relatif awet, dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam suatu produk makanan, tidak banyak diberikan pengawet buatan yang berbahaya dan keberadaanya dilarang. Sebab jika konsumsi bahan pengawet yang dilarang ini dilakukan jangka panjang atau terus menerus maka dapat mengakibatkan penyakit khususnya kanker. Karena meninjau sifat bahan pengawet yang karsinogen.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan.1 Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin.1 Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak zaman dahulu. Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan buatan atau sintesis.
Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa dan konsistensinya baik serta awet maka sering dilakukan penambahan bahan tambahan makanan yang sering disebut zat aditif kimia (food aditiva).1 Adakalanya makanan yang tersedia tidak mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi.
Pengemulsi (emulsifier) merupakan salah satu jenis dari bahan tambahan makanan. Emulsifier adalah zat yang dapat mempertahankan dispersi lemak dalam air dan sebaliknya.2 Pada mayones bila tidak ada pengemulsi, maka lemak akan terpisah dari airnya.2 Contoh pengemulsi yaitu lesitin pada kuning telur, gom arab dan gliserin.
Gliserin adalah nama komersial dari produk yang terdiri dari gliserol dan sejumlah kecil air. Gliserol sebenarnya merupakan alcohol trihidrat C3H5(OH)3, yang lebih tepatnya dinamai 1,2,3-propanatriol.3
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi
Gliserin adalah nama komersial dari produk yang terdiri dari gliserol dan sejumlah kecil air. Gliserol sebenarnya merupakan alcohol trihidrat C3H5(OH)3, yang lebih tepatnya dinamai 1,2,3-propanatriol.3 Dalam keadaan murni mempunyai sifat higroskopis. Dapat bercampur dengan air, namun tidak larut dalam karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, karbon disulfida, dan benzene.3
gambar 4
Gliserol berfungsi sebagai penyerap air (humektan) dan platicizer Gliserol juga biasa digunakan untuk mengatur kandungan air dalam makanan sehingga dapat mencegah kekeringan pada makanan. Gliserol berbentuk cair dengan rasa manis agak pahit (bittersweet). Tingkat kemanisan gliserol adalah 0.75 kali sukrosa. Penggunaan gliserol dalam jumlah besar dapat menimbulkan rasa pahit.5
gambar 6
Gliserol pertama kali ditemukan oleh Scheele pada tahun 1779, dengan memanaskan campuran minyak zaitun (olive oil) dan litharge, kemudian membilasnya dengan air. Bilasan dengan air tersebut, menghasilkan suatu larutan berasa manis, yang disebutnya sebagai “the sweet principle of fats”. Sejak 1784, Scheele membuktikan bahwa substansi yang sama dapat diperoleh dari minyak nabati dan lemak hewan seperti lard dan butter.
Pada tahun 1811, Chevreul memberi nama hasil temuan Scheele ini dengan sebutan gliserin, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu glyceros, yang berarti manis. Kemudian pada 1823, Chevreul mendapatkan paten untuk pertama kalinya atas manufaktur gliserin, yang kemudian berkembang menjadi industry lemak dan sabun. Tahun 1836, formulasi gliserol berhasil ditemukan oleh Pelouze, dan tahun 1883, Berthelot dan Luce mempublikasikan rumus struktur dari gliserol.
Adapun rumus molekul gliserin dapat ditunjukkan pada Gambar 1 :
CH2OH
|
CHOH
|
CH2OH
Gambar 1. Rumus Molekul Gliserin
Sifat fisik dari gliserol7 :
– Merupakan cairan tidak berwarna7
– Tidak berbau7
– Cairan kental dengan rasa yang manis7
– Densitas 1,2617
– Titik lebur 18,2C7
– Titik didih 290 C 7
Pada umumnya lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas.8 Di samping itu dapat pula terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan rasa yang tidak enak.8 Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tidak enak atau tengik.8 Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak atau minyak adalah suatu zat cair yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak manis. Gliserol larut baik dalam air dan tidak larut dalam eter. Gliserol digunakan dalam industri farmasi dan kosmetika sebagai bahan dalam preparat yang dihasilkan. Di samping itu gliserol berguna bagi kita untuk sintesis lemak di dalam tubuh.
Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak pada proses pemecahan lemak. Di pasaran, gliserin yang beredar umumnya berasal dari pemecahan lemak. Kurang dari 10% gliserin dapat di hasilkan pada proses pemecahan lemak dari sejumlah CPO (minyak sawit) yang telah di olah. Gliserin dapat dimurnikan lebih dari 95% dengan cara penguapan dilanjutkan destilasi dan deionisasi. Gliserin dapat diproduksi melalui beberapa metode proses. Beberapa jenis proses untuk menghasilkan gliserin dengan kemurnian tinggi yang umum digunakan dalam dunia industriadalah :
Reaksi hidrolisa tersebut adalah sebagai berikut :
H H
H–C–OOCR1 H–C–OH HOOC–R1
H–C–OOCR2 + 3H2O —> H–C–OH + HOOC–R2
H–C–OOCR3 H–C–OH HOOC–R3
H H
Trigliserida Air Gliserol Asam lemak
3. Transesterifikasi minyak dengan methanol, reaksi transesterifikasi merupakan reaksi yang menggantikan alcohol dari ester dengan gugus alkohol lainnya, seperti proses hidrolisa, hanya saja pada proses ini digunakan alkohol sebagai pengganti fungsi air.
4. Proses khlorinasi propilena. Proses ini dimulai dengan mereaksikan propilena, senyawa hidrokarbon tak jenuh dengan 3 unsur karbon dan 1 ikatan rangkap, dengan gas Cl2 pada suhu tinggi (sekitar 500 derajat C) sehingga terjadi pengikatan ion Cl – oleh senyawa propilena, dan dihasilkan produk yang disebut allyl khlorida.
2.2 Kegunaan Gliserin
Gliserin mempunyai peran hampir di setiap industry. Berikut ini perkiraan penggunaan gliserin yang ditujukan pada Tabel.1
Tabel.1 Perkiraan Penggunaan Gliserin.9
No | Kegunaan | Persentase (%) |
1 | Alkid | 25 % |
2 | Tembakau | 13 % |
3 | Peledak | 5 % |
4 | Kertas | 17 % |
5 | Obat-obatan dan kebutuhan kamar mandi termasuk pasta gigi | 16 % |
6 | Monogliserida dan makanan | 7 % |
7 | Urethan foams | 3 % |
8 | Lain-lain | 14 % |
Kegunaan gliserin sangat banyak, terutama adalah sebagai bahan dasar sabun, resin sintetis, getah ester, obat – obatan, kosmetika, dan pasta gigi.10 Proses pengolahan tembakau dan makanan juga mengkonsumsi gliserin dalam jumlah besar sebagai bahan pembantu.9
Dalam industry Makanan dan minuman gliserin mudah dicerna dan tidak beracun dan bermetabolisme bersama karbohidrat, meskipun berada dalam bentuk kombinasi pada sayuran dan lemak binatang. Untuk produk makanan dan pembungkus makanan yang kontak langsung dengan konsumen,9
Gliserin, sejak 1959 diakui sebagai satu diantara bahan yang aman oleh Food and Drug Administration. 9
Kegunaan sebagai :9
Pada tahun-tahun terakhir ini, penggunaan poligliserol dan poligliserol ester meningkat, Penggunaan poligliserol dan poligliserol eter khususnya dalam makanan, yaitu mentega dan lemak.9
2.3 Resiko Kesehatan
Dalam jumlah besar dapat menyebabkan sakit kepala, kehausan berlebih, rasa mual dan kadar gula tinggi dalam darah, sebagai bahan aditif, tidak meimbulkan efek samping
– Risiko utama dan sasaran organ7
Bahaya utama terhadap kesehatan:Sedikit berbahaya jika terkena kulit (iritasi), mata (iritasi), terhirup, atau tertelan.
Organ sasaran: Tidak dilaporkan adanya efek yang nyata terhadap organ sasaran.
Paparan jangka pendek7
– Terhirup : Iritasi, kesulitan bernafas.
– Kontak dengan kulit :Iritasi ringan.
– Kontak dengan mata : Membuat menangis.
– Tertelan :Mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, gangguan darah, paralisis, kejang.
Paparan jangka panjang7
– Terhirup : Tidak tersedia informasi.
– Kontak dengan kulit : Tidak ada informasi adanya efek merugikan yang berarti.
– Kontak dengan mata : Tidak tersedia informasi.
– Tertelan :Tidak ada informasi adanya efek merugikan yang berarti
.
Efek Klinis7
a) Keracunan akut 7
– Terhirup
Gliserin: Karena memiliki tekanan uap yang rendah, maka gliserin dianggap tidak menimbulkan bahaya terhirup pada suhu kamar normal. Uap atau kabut pada konsentrasi yang cukup dapat mengganggu fungsi pernafasan. Pada suhu yang meningkat, asapnya dapat menyebabkan iritasi dan dehidrasi membran mukosa. Gejala yang ditimbulkan termasuk batuk dan kesulitan bernafas.
– Kontak dengan kulit
Gliserin: Paparan gliserin pekat dapat menyebabkan efek mulai dari iritasi ringan hingga dehidrasi kulit yang diikuti iritasi dan kemerahan. Jarang menimbulkan reaksi alergi, tetapi dapat muncul pada individu yang sensitif.
– Kontak dengan mata
Gliserol: Paparan pada mata manusia dapat mengakibatkan menyengat yang kuat dan terbakar, dengan refleks mata berair dan dilatasi pembuluh konjungtiva, namun tidak menimbulkan luka. Paparan ke bagian ruang anterior mengakibatkan reaksi inflamasi dan edema kornea disertai kerutan pada permukaan posterior dan kerusakan sel-sel endothelium.
– Tertelan
Gliserol: Menelan 100 mL bahan dapat mengakibatkan sakit kepala, mual, dan muntah. Gejala lainnya termasuk iritasi saluran pencernaan, insomnia, pusing, diare, dan demam. Dosis tinggi dapat menyebabkan hemolisis, hemoglobinuria, hiperglisemia, glikosuria, gagal ginjal, kejang, dan paralisis. Gliserin bertindak sebagai diuretik osmotik dan sebagaimana tersebut dapat menurunkan tekanan intraokuler dan menyebabkan hipovolemia. Pada hewan pengerat, bahan ini juga menyebabkan kegelisahan, sianosis ringan, penurunan tekanan darah, peningkatan laju dan jarak pernafasan, diikuti oleh kelemahan, dieresis, tremor, penurunan pernafasan, kolaps, kejang klonik, dan koma. Telah dilaporkan adanya efek reproduksi pada hewan.
b) Keracunan kronik7
– Terhirup
Gliserin: Tidak tersedia informasi.
– Kontak dengan kulit
Gliserin: Paparan larutan pekat yang berulang atau jangka panjang dapat menyebabkan dermatitis.
– Kontak dengan mata
Gliserin: Tidak tersedia informasi.
– Tertelan
Gliserin: Pada sukarelawan manusia yang menelan 30 mL bahan selama 50 hari timbul peningkatan rasa haus dan perasaan hangat.
2.4 Regulasi Gliserin
Aman: Bahan aditif aman untuk dikonsumsi |
Gliserin (E422)
Pelembab Permen, buah yang dikeringkan, makanan rendah kalori ADI : tidak dispesifikasikan |
Anjuran gliserol menurut ADI belom pasti diketahui, karena tidak dispesikasikan. Namun berdasarkan FDA-21 CFR 182.1320, gliserol tergolong GRAS bila penggunaannya sesuai kebutuhan dan standar GMP (Good Manufacturing Practice).5 Meskipun aman digunakan, perlu diwaspadai adanya kontaminasi gliserol oleh dietilen glikol yang merupakan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan manusia.5
Kasus keracunan dietilen glikol sudah ada sejak tahun 1938, namun kehebohan akhir-akhir ini dipacu oleh kasus keracunan di Panama ketika pada Oktober 2006 ditemukan 46 kasus kematian yang disebabkan dietilen glikol yang tidak sengaja digunakan dalam obat flu yang bahan dasarnya dibeli dari Cina.10 Pemerintah Panama meningkatkan kewaspadaan dan kemudian menemukan bahwa pasta gigi yang diproduksi di Cina juga mengandung dietilen glikol pada Mei 2007.10
Penelusuran skandal di Panama menunjukkan bahwa dietilen glikol sudah cukup lama digunakan di Cina sebagai pengganti gliserin karena sifatnya yang mirip dan harganya lebih murah.10 Tidak lama kemudian, yaitu pada Juni 2007, Pemerintah Amerika pun melaporkan penemuan yang sama pada pasta gigi Colgate tiruan yang diimpor dari Cina.10 Penemuan dietilen glikol pada pasta gigi inilah yang kemudian memicu kewaspadaan masyarakat dunia, termasuk Indonesia terhadap produk buatan Cina. 10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gliserin adalah nama komersial dari produk yang terdiri dari gliserol dan sejumlah kecil air. Gliserol sebenarnya merupakan alcohol trihidrat C3H5(OH)3, yang lebih tepatnya dinamai 1,2,3-propanatriol. Kegunaan gliserin sangat banyak, terutama adalah sebagai : resin sintetis; getah ester; obat – obatan; kosmetika; dan pasta gigi. Dalam industry Makanan dan minuman gliserin digunakan sebagai pelarut untuk pemberian rasa (seperti vanilla) dan pewarnaan makanan, agen pengental dalam sirup, pengisi dalam produk makanan rendah lemak (biskuit), pencegah kristalisasi gula pada permen dan es, medium transfer panas pada kontak langsung dengan makanan saat pendinginan, pelumas pada mesin yang digunakan untuk pengolahan dan pengemasan makanan. Pada tahun-tahun terakhir, poligliserol dan poligliserol ester meningkat. Penggunaannya dalam makanan, khususnya mentega dan lemak. Apabila dikonsumsi dalam jumlah besar dapat menyebabkan sakit kepala, kehausan berlebih, rasa mual dan kadar gula tinggi dalam darah, sebagai bahan aditif, tidak meimbulkan efek samping. Berdasarkan FDA-21 CFR 182.1320, gliserol tergolong GRAS bila penggunaannya sesuai kebutuhan dan standar GMP (Good Manufacturing Practice).
3.2 Saran
Meskipun gliserin atau bisa disebut juga gliserol aman digunakan, sebaiknya perlu diwaspadai adanya kontaminasi gliserol oleh dietilen glikol yang merupakan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
TUGAS ILMU BAHAN MAKANAN
DAGING SAPI
Dosen Pengampu: Fitriyono Ayustaningwarno, S.TP, M.Si
Di susun oleh :
Nama : Rika Purwani
NIM : 22030111130024
PROGAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KEDOKTERAN
U N I V E R S I T A S D I P O N E G O R O
2011
DAGING SAPI
Daging sapi mempunyai peran yang cukup besar dalam konteks ketahanan pangan nasional. Seperti halnya dengan komoditas susu ataupun daging unggas, daging sapi menjadi salah satu komoditas sumber protein yang sangat dibutuhkan tubuh manusia untuk kesehatan dan pertumbuhan. Daging sapi merupakan komoditas daging yang disukai oleh konsumen Indonesia selain daging ayam, daging kambing atau domba dan lain-lainnya. Alasan-alasan konsumen menyukai daging sapi ini antara lain karena pertimbangan gizi, status sosial, pertimbangan kuliner, dan pengaruh budaya barat1, selain itu tingkat kecernaan protein daging sapi tinggi mencapai 95-100% jika dibandingkan dengan tingkat kecernaan protein tanaman yang hanya 65-75% 2.
Di samping rasanya yang enak dan khas kandungan gizi daging sapi pun terbilang kaya sehingga mampu memenuhi kebutuhan gizi manusia. Daging sapi termasuk salah satu sumber essensial dari protein hewani dan lemak. Daging sapi juga merupakan pilihan utama konsumen. Karena sudah jelas dalam pemasarannya daging sapi mudah menembus pasar. Hasil produksi sapi potong yang bagus adalah sapi yang memiliki persentase karkas yang tinggi.3 Sebagai ternak potong, daging sapi memiliki persentase karkas Iebih baik daripada ternak kerbau.4 Indonesia memiliki 5 jenis sapi unggul yaitu sapi Ongol, Bali, Madura, Grati, dan kelantan.5 Dari kelima sapi tersebut, sapi Bali yang di golongkan sebagai sapi potong, dikenal sebagai sapi yang memiliki persentase karkas cukup tinggi, rata-rata mencapai 57 persen.4
Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi.6 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan karkas tersebut tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk mengetahui hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi dipotong. Di negara maju telah terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer, dan cow yang akan dipotong.6 Berdasarkan penilaian terhadap penampilan tubuh sapi, United State Department of Agriculture (USDA) di Amerika telah memisahkan sapi yang siap potong ke dalam beberapa kelas.6 Penentuan tersebut didasarkan kepada penilaian keadaan kondisi dan bentuk tubuh sapi. Sebelum melakukan penilaian terhadap daging sapi yang akan dipotong, kita terlebih dahulu perlu mengenal bagian-bagian karkas sapi seperti pada gambar berikut ini :
A. Kepala B. Leher C. Bahu D. Iga depan E. Iga belakang F. Dada G. Kaki depan H. Perut depan I. Kemudi J. Pinggang K. Tungging L. Pangkal ekor M. Perut belakang N. Lipatan sudut perut O. Paha P. Kaki (cakar) belakang.3
Bagian-bagian karkas ini diberi nama sesuai dengan bagian tubuh. Setelah mengenai bagian tubuh, tahap selanjutnya adalah melakukan praktik penilaian.
2. Cara penilaian sapi yang akan dipotong
1. Memegang pangkal ekor dan tulang duduk
Letakkan telapak tangan Anda pada sisi samping pangkal ekor, kemudian peganglah pelvic atau tulang duduk. Apabila bagian-bagian yang Anda pegang tadi tertutup daging yang halus dan padat, maka hal ini menunjukkan bahwa sapi tersebut apabila dipotong hasil dagingnya baik.3
2. Penilaian melalui tulang duduk
Letakkan telapak tangan Anda pada tulang duduk. Apabila telapak tangan Anda merasakan adanya daging yang tebal berbentuk bulat, padat, lebar dan panjang, hal ini menunjukkan bahwa hasil daging dari sapi tersebut cukup baik. Daerah ini merupakan bagian yang paling bagus untuk daging panggang.3
3. Penilaian melalui kedua pantatnya
Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara menempatkan kedua tangan di sisi samping pantat seperti terlihat pada gambar. Kemudian raba kedua pantat yang akan diuji. Apabila ada mendapatkan daging paha yang tebal, lebar, berbentuk bulat panjang dan penuh, hal ini menunjukkan adanya daging yang cukup baik.3
4. Penilaian pada kemudi dan tulang duduk
Penilaian terhadap sapi yang siap dijual atau menjelang dipotong, yang menjadi salah satu sasaran penilaian adalah bagian kemudi. Dengan cara tangan kanan memegang tulang duduk dan satu tangan lainnya memegang kemudi. Kemudian tangan kanan yang memegang kemudi tadi digeser ke arah antara punggung dan muka pinggang.3
Dalam hal ini posisi telapak tangan kanan diletakkan pada bagian yang dinilai. Dengan rabaan semacam ini ketebalan daging pada tempat tersebut bisa diketahui. Jika dengan rabaan ini hanya diperoleh suatu tonjolan tulang, maka bisa disimpulkan bahwa hasil dagingnya kurang memuaskan.3
5. Penilaian di tepi tulang kemudi
Ketebalan daging pada kemudi dapal diketahui dengan cara memegang bagian tepi tulang kemudi. Apabila cara memegangnya baik dan benar, ukuran yang diperoleh meyakinkan pula. Besar dan tebalnya perut yang terlihat oleh mata tidak bisa dijadikan pedoman dalam penilaian jumlah daging, sebab kadang-kadang besarnya perut sapi justru memperdayakan penilaian.3
6. Penilaian pada bagian sudut perut belakang
Dilakukan dengan cara memegang lipatan antara sudut perut bagian belakang dan paha, karena dengan cara ini bisa diketahui adanya hasil daging yang baik atau jelek. Jika dengan rabaan ini terasa adanya suatu kekendoran di dalam lipatan, berarti daging yang dihasilkan kurang baik atau banyak lemak. Sebab jaringan lemak kendor dan sulit dipegang. Sebaliknya jika hasil rabaan tadi terasa pe-nuh atau padat dan berisi, hal ini membuktikan adanya hasil daging yang baik.3
Dengan memegang iga akan diperoleh suatu petunjuk apakah sapi yang bersangkutan memiliki hasil daging yang tebal atau tipis. Rabaan ini mulai dari iga bagian belakang sampai dengan bagian bahu belakang. Walaupun hasil potong pada bagian iga ini agak kurang bernilai tinggi, namun apabila dengan suatu rabaan terasa adanya daging yang padat, berarti daging yang dihasilkan cukup baik.3
3. Syarat sapi yang akan dipotong
Agar dapat diperoleh kualitas karkas yang baik dari hasil pemotongan ternak sapi, diperlukan beberapa persyaratan. Perlu diketahui bahwa daging ternak sapi merupakan salah satu komoditi sumber protein hewani yang dikonsumsi manusia dan merupakan media kultur yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.4 Untuk menjamin kualitas daging yang dipasarkan kepada konsumen, Pemerintah Daerah Tingkat II menganjurkan untuk melakukan pemotongan ternak di Rumah Potong Hewan (RPH). Untuk permintaan jasa pemotongan ternak sapi di Rumah Potong Hewan (RPH), harus melalui dua tahapan proses:
1) Tahapan Proses Ante mortem, adalah
Tahapan proses yang menyangkut pemeriksaan kesehatan,kegemukan, jenis kelamin, dan umur ternak sapi yang akan dipotong.4
Pemeriksaan kesehatan sapi mempunyai tujuan melindungi konsumen, misalnya: sapi harus bebas dari penyakit menular. Apabila ternak sapi dinyatakan bebas untuk dipotong, maka sebelum dipotong sapi harus dipuasakan sekitar 12 – 24 jam.4
Puasa diperlukan agar sapi dapat mengeluarkan sebagian besar kotoran, dan dalam pemotongan nanti dapat mengeluarkan darah secara tuntas. Dengan demikian bisa diperoleh karkas yang berkualitas baik.4
2) Tahapan Proses Post mortem, adalah
Tahapan yang menyangkut proses pemeriksaan, pelayuan, pendinginan, dan pengangkutan karkas.4
4. Pemotongan daging sapi
Setelah melalui tahapan pemeriksaan sebelum dipotong, sapi yang akan dipotong dimasukkan ke dalam rumah potong, selanjutnya disembelih dan dilakukan pemisahan kepala, keempat kaki-kakinya serta pengulitan. Setelah itu, dikeluarkan seluruh darahnya kemudian dilakukan pengeluaran alat-alat jeroannya (eviscerasi) sehingga akhimya diperoleh karkas6. Karkas merupakan tubuh sapi yang telah disembelih dan dipisahkan kepala, keempat kaki, kulit, darah, dan alat-alat jeroannya, sedangkan dressing precentage atau persentase karkas adalah perbandingan berat karkas dengan bobot hidup waktu disembelih dikalikan dengan 100%.6
Gambar ini merupakan sapi yang telah dipotong dan dipisahkan kulit, keempat kaki, kepala, dan alat-alat jeroan yang akan menjadi karkas.
Pemotongan bagian kepala yang terbaik harus dilakukan pada sambungan tulang leher dengan tulang kepala (tulang atlas) sehingga bagian leher tidak banyak terbuang dari karkas. Oleh karena itu, penyembelihan temak sapi sebisa mungkin harus dilakukan pada daerah tersebut. Pemotongan keempat kaki sapi dilakukan pada sambungan tulang lutut (tibia dan fibula) di daerah benjolan tarsus untuk kaki belakang dan pada sambungan tulang siku (radius dan ulna) di daerah benjolan tulang carpus untuk kaki depan. Pemotongan ekor biasanya diiakukan pada bagian tulang pangkal ekor (cocygeaJ vertebral). Akan tetapi, pemotongan ekor sapi di Indonesia diiakukan sampai pada tulang ekor yang ketiga, karena masih termasuk ke dalam karkas.6
Bagian lain yang tidak termasuk karkas, namun sulit dipisahkan adalah ginjal. Setelah menjadi karkas, pembagian selanjutnya menjadi :
1) karkas kiri (karkas bagian tubuh sebelah kiri), dan
2) karkas kanan (karkas bagian tubuh sebelah kanan).
Karkas kiri maupun karkas kanan dibagi lagi menjadi :
1) karkas bagian perempat depan (forequartei), dan
2) karkas bagian perempat belakang (hindquarteri)
Dalam membagi belahan karkas menjadi bagian perempat depan dan bagian perempat belakang, terdapat beberapa perbedaan tempat pembagian pada berbagai negara.6
Pembagian karkas menjadi recahan karkas utama
Recahan karkas utama (wholesale cuts)
dan recahan karkas kecil (retail cuts) pada veal
Recahan karkas utama (whole sale cuts) dan
recahan karkas kecil (retail cuts) pada beef (daging sapi dewasa)
5. Mutu daging sapi yang baik
Setelah sapi dipotong kita dapat mengetahui mutu daging tersebut. Mutu daging sangat tergantung pada berbagai faktor, antara lain:
a. Umur
Sapi yang sudah tua mutu dagingnya sangat rendah, apalagi bila sapi tersebut sering dipakai untuk bekerja seperti untuk membajak atau menarik beban. Daging sapi yang sudah tua biasanya berwarna merah tua, serabutnya kasar dan apabila dimasak terasa liat. Sebaliknya, sapi yang masih muda (sekitar umur 11/2 – 21/2 tahun), dagingnya akan benwarna merah terang, serabutnya halus dan apabila dimasak akan terasa lebih empuk.3
b. Kondisi Waktu Hidup
Apabila sapi-sapi yang dipotong dalam kondisi yang sehat dan gemuk, dagingnya tentu akan lebih baik daripada sapi-sapi dalam kondisi yang kurang sehat dan kurus. Walaupun sapi yang dipotong itu masih muda, tetapi jika kondisi badan tidak sehat dan kurus, mutu dagingnya jelek dan liat, karena jaringan-jaringan yang ada hanya serabut-serabut kasar tanpa diselubungi oleh sel-sel daging yang cukup.3
c. Perlakuan Sapi
Sapi-sapi yang akan dipotong harus memenuhi persyaratan dan perlakuan sebagai berikut:
Sapi yang dipotong tanpa memenuhi syarat atau dengan perlakuan yang benar, hasilnya akan jelek.3
6. Peta Kualitas daging sapi
Daging dari karkas sapi memiliki beberapa golongan kualitas sesuai dengan peta rangka tubuh sapi. Untuk pemasaran, penentuan kualitas sangat penting. Sesuai dengan kualitasnya, dapat dipilih hasil olahan hidangan yang sesuai, seperti:4
1. Daging kualitas I adalah Has Luar.
Jenis olahan dan hidangan: Beef-steak, Roll.
2. Daging kualitas II adalah Has Dalam.
Jenis olahan dan hidangan: Empal, Sate, Rendang, Sukiyaki, Grill, Steak.
3. Daging kualitas III adalah penutup
Jenis olahan dan hidangan : Empal, Beef-steak, Rendang, Dendeng,
Kari, Bakso, Abon.
4. Daging kualitas IV adalah : a. Pendasar dan Gandik.
b. Kepala.
Jenis olahan dan hidangan : a. Empal, Bistik, Rendang, Dendeng, Baso dan Abon.
b. Sate, Daging giling, Corned, Sop dan Rawon.
5. Daging kualitas V adalah Lamsir Depan.
Jenis olahan dan hidangan : Beef-steak, Sate, Rendang, Empal, dan Sukiyaki.
6. Daging sapi kualitas VI adalah Paha Depan.
Jenis olahan dan hidangan : Empal, Semur, Sop, Kari, dan Abon.
7. Daging sapi kualitas VII adalah Daging Punuk.
Jenis olahan dan hidangan : Empal, Semur, Sop, Kari, dan Abon.
8. Daging sapi kualitas VIII adalah Sengkel.
Jenis olahan dan hidangan : Semur, Sop, dan Rawon.
9. Daging sapi kualitas IX adalah : a. Daging iga.
b. Sandung Lamur.
Jenis olahan dan hidangan : a. Sop, Corned, Rawon, Roll, dan Roas.
b. Sop, Corned, Rawon, Roll, dan Roas.
10. Daging sapi kualitas X adalah Sancam
Jenis olahan dan hidangan : Sate, Daging giling, Sop, Corned, Rawon.
7. Kualitas Daging dan Kerusakan
Apabila setelah pemotongan daging sapi, karkas atau daging tidak memperoleh penanganan yang baik, maka karkas atau daging akan rusak, terutama kualitas dan higienitasnya. Kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganime selama proses pemotongan dan pengeluaran visceral (jeroan).4 Pencemaran oleh mikroorganisme dapat melalui tanah, udara, dan air. Jumlah mikroorganisme yang tinggi dapat ditemukan di dalam usus sapi, tetapi dapat juga ditemukan di permukaan karkas selama proses pemotongan.4
Pada ternak sapi sehat, mikroorganisme dapat berada di dalam hati, ginjal, limphonodus, dan limpa. Kemudian mikroorganisme dapat menyebar ke otot kerangka melalui sistem sirkulasi, namun umumnya dalam jumlah kecil.4
Kontaminasi mikroorganisme tergantung pada hygienitas sejak dipotong, disimpan, dan selama processing. Pertumbuhan mikroorganisme sendiri tergantung pada beberapa faktor seperti: protein, karbohidrat dan temperatur sekitarnya. Penyebaran mikroorganisme secara cepat lewat dapat melalui air, dan udara yang membawa mikroorganisme tersebut.4
8. Pelayuan Karkas dan Kualitas
Daging yang masih melekat pada tubuh ternak sapi yang masih hidup dapat dikatakan cukup bebas dari pencemaran mikroorganisme, sebab daging masih terlindung oleh kulit tubuh, dan di dalam tubuh sendiri terdapat serum yang menolak masuknya mikroorganisme dari luar, serta dilengkapi oleh sel-sel darah putih yang dapat menghancurkannya dan tersedianya cadangan, yaitu kelenjar-kelenjar yang sanggup menangkal mikroorganisme.4
Setelah pemotongan ternak sapi dan pengambilan daging, metabolisme pada daging masih tetap berjalan dalam waktu beberapa jam, hal ini disebabkan karena masih tersisanya zat-zat makanan dalam cairan sel, dan getah bening sendiri masih belum rusak.4
Apabila diamati secara seksama, daging ternak sapi yang baru dipotong masih menampakkan getaran-getaran. Hal ini disebabkan oleh terjadinya ketegangan pada waktu pelaksanaan pemotongan. Ternak yang dipotong mengalami kematian tegang (rigor mortis). Proses sampai terjadinya mati tegang pada ternak membutuhkan waktu yang relatif lama, berkisar antara 6- 24 jam. Ini berhubungan dengan temperatur kamar.4
Pada keadaan mati tegang umumnya daging belum memiliki kualitas, karena daging masih keras dan aromanya belum ada. Setelah melalui waktu mati tegang, daging mulai tumbuh kualitas dan aromanya, hal ini berlangsung sekitar 6 jam setelah mati tegang mulai hilang.4
Memperhatikan gambaran ini, pelayuan daging setelah pemotongan ternak sapi sangat penting untuk memperoleh kualitas daging yang baik, lunak, dan memiliki aroma.
10. Cara Menyimpan/Merawat Daging
Sebelum dipasarkan, daging sapi harus dirawat dengan baik. Karkas harus dilayukan terlebih dahulu dengan cara menggantungkan belahan separuh badan di tempat khusus yang telah tersedia.3
Maksud pelayuan daging tersebut adalah:
1) Agar proses kekejangan yang terjadi pada saat sapi mati (rigor mortis) hilang atau selesai. Karena, daging sapi yang masih mengalami proses kekejangan (rigor mortis) apabila langsung direbus akan terasa liat. Oleh karena itu, pemasakan daging sapi harus menunggu sampai proses kekejangannya hilang atau selesai.3
2) Agar sisa-sisa darah yang masih terselip dan masih tersisa di antara jaringan-jaringan daging dapat menetes sampai tuntas. Karena, sisa-sisa darah yang masih menempel pada daging dapat menyebabkan kekakuan daging. Sapi yang terlalu letih warna dagingnya biasanya lebih gelap, sebab darahnya tidak bisa keluar secara sempurna. Apalagi sapi yang mati sebelum dipotong, warna dagingnya pasti akan gelap karena mengandung banyak darah beku, berair, cepat rusak, dan apabila dagingnya diiris bekasnya akan membentuk bidang datar.3
11. Pengawetan Daging
Usaha pengawetan daging merupakan usaha meningkatkan daya simpan atau masa simpan daging. Apabila daging dibiarkan begitu saja, dengan semakin berjalanannya waktu akan terjadi perubahan yang sering tidak menguntungkan. Perubahan tersebut terjadi karena pengaruh fisik, mekanik, parasitik, mikrobiologik, ataupun kimiawi.4
Ter dapat beberapa cara pengawetan daging, antara lain:
1) Pengawetan dengan Pendinginan, yang meliputi:
a. Cara Refrigerator merupakan cara pengawetan daging untuk memperpanjang kesegaran daging. Dalam pengawetan ini diperlukan temperatur simpan 0-5° Celsius. Penyimpanan daging dalam refrigerator biasanya dianjurkan dalam waktu singkat, mengingat kerusakan-kerusakan yang umumnya terjadi, berhubungan erat dengan waktu dan lamanya penyimpanan. Daging sapi, memerlukan waktu 48 jam untuk bisa mencapai temperatur 5° Celsius atau kurang. Dari hasil laporan penelitian, penyimpanan dalam refrigerator yang sempurna, sebaiknya tidak lebih dari 72 jam setelah pembelian daging sapi.4
b. Cara Freezing, merupakan cara pengawetan daging yang sempurna, karena pada umumnya daging yang disimpan masih sanggup mempertahankan kualitas dan sifat-sifat argonoleptik, termasuk nilai nutrisinya. Apabila cara pengawetan freezing ini dilakukan dengan sempurna, maka hampir tak terjadi perubahan warna dan aroma daging sapi. Warna daging yang semula gelap bisa menjadi terang kembali, karena hal ini berhubungan dengan oksigen. Jadi sifat kualitatif daging akan tetap seperti daging segar. Kecepatan freezing dipengaruhi oleh perbandingan antara ratio daging dan lemak. Pada daging yang mengandung lemak tinggi, akan membeku lebih cepat daripada yang berkadar lemak rendah. Temperatur freezing pada umumnya berkisar minus 10o-40o Celsius.4
2) Pengawetan dengan Pengeringan, meliputi:
a. Cara Pengeringan Sinar Matahari, merupakan cara pengeringan yang sangat ekonomis untuk pengawetan daging. Namun selama pengeringan berlangsung, daging sapi sangat mudah tercemari kotoran lewat udara. Kadar lemak daging sangat mempengaruhi cepat lambatnya pengeringan. Bila kadar lemak daging lebih besar dari 35 persen berat kering, maka akan memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan.4
Temperatur pengeringan yang paling baik, tidak melebihi 70° – 80° Celsius. Dengan demikian, nilai biologi dari protein tidak mengalami perubahan. Karena hal ini, daging kering seperti dendeng, biasanya dibuat dalam tempat pengeringan yang hygienitasnya terjamin, yang selanjutnya disimpan dalam tempat yang tidak bisa kemasukan air, udara, dan suhunya harus rendah. Bila kadar airnya lebih dari 10 persen, maka penyimpan tersebut kurang baik karena akan mengakibatkan pertumbuhan jamur setelah beberapa minggu.4
b. Cara Pengeringan Dehidrasi, merupakan cara pengeringan daging untuk mengurangi aktivitas air sampai pada tingkat tertentu, ditinjau dari segi mikrobiologi, cara pengeringan ini adalah usaha menghambat tumbuhnya mikroorganisme yang umumnya menyebabkan kebusukan. Pada pembuatan daging kering, kualitas hasilnya dapat dipertahankan apabila temperatur pengeringan berkisar 70° Celsius.4
c. Cara Pengeringan dengan Pengasapan, merupakan cara pengeringan daging dengan bantuan asap panas. Dengan cara ini daging diawetkan sekaligus sudah menjadi masak. Dalam pengeringan daging dengan pengasapan, dikenal dua sistem, yaitu pengasapan panas dan pengasapan dingin.4
Cara pengawetan daging dengan pengasapan, mempunyai beberapa keuntungan diantaranya :4
3) Pengawetan dengan Irradiasi
Irradiasi, pada prinsipnya merupakan penggunaan energi untuk penyinaran bahan makanan dengan sumber energi yang berasal dari radiasi buatan. Sedangkan radiasi merupakan istilah umum yang digunakan untuk semua energi yang dipancarkan tanpa media. Umumnya irradiasi bahan makanan merupakan pemanfaatan radiasi pengion sebagai produk dari isotop radioaktif atau percepatan elektron.4
Keuntungan yang diperoleh dari pengawetan daging dengan irradiasi, antara lain:4
Irradiasi dapat menginaktifkan mikroba, namun jika dosis yang digunakan berlebihan, maka akan menyebabkan perubahan flavour, tekstur, warna, dan membahayakan konsumen. Sehubungan dengan hal ini, untuk pengawetan daging digunakan irradiasi dosis rendah. Satuan dosis irradiasi yang digunakan adalah roenigen elektron volt, atau roentgen equivalent physical (rep). Tetapi yang sering digunakan adalah satuan rad. Satuan ini mengacu pada jumlah energi yang diserap bahan yang diawetkan. Satu rad sama dengan 100 erg yang diserap per gram bahan yang diawetkan menerima radiasi pengion. Apabila daging sapi diirradiasi dengan 100 ribu rad, maka hasilnya akan baik. Apalagi apabila setelah proses irradiasi tersebut, daging disimpan pada suhu yang cukup tinggi, akan meningkatkan flavour, dan daging akan lebih enak.4
12. Hasil Ikutan Pemotongan Sapi ,
Hasil ikutan utama yang memiliki nilai ekonomis sebagai komoditi dari pemotongan sapi, adalah kulit sapi. Kulit sapi merupakan bahan baku industri, yang tidak hanya dibutuhkan untuk industri dalam negeri, tetapi juga merupakan komoditi ekspor yang menghasilkan devisa bagi negara.4
Sebagai komoditi yang cukup baik, kulit sapi bisa ditingkatkan kualitasnya. Maka diperlukan penanganan yang baik, sehingga kulit sapi memiliki daya guna dan memberikan nilai tambah, selain sanggup menembus per-saingan pasar.4
Ada beberapa cara untuk meningkatkan potensi kulit sapi sebagai komoditi, antara lain:4
1) Usaha Pengawetan Kulit Sapi
Pengawetan kulit sapi perlu untuk diketahui, karena dengan pengawetan dapat diperoleh hasil ikutan yang memberi nilai tambah pada hasil pemotongan ternak sapi. Kulit sapi yang baru selesai dikuliti, hanya dapat bertahan selama 12 jam. Bila tidak segera mendapatkan penanganan, kulit sapi akan terkontaminasi dengan mikroorganisme, dan akan membusuk. Untuk menghindari kerusakan kulit sapi, kulit sapi harus diawetkan.4
Sebelum diawetkan, kulit sapi hasil pengulitan harus dibersihkan dari daging, lemak, noda darah, atau kotoran yang menempel. Kulit sapi dapat dibersihkan dengan pisau tumpul atau kikir, agar kulit tidak rusak. Apabila sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari ini, adalah posisi sudut 45°.4
Untuk menjaga kualitas kulit sapi, pada saat penjemuran sebaiknya hanya dilakukan antara pukul 09.00-11.00, dan pukul 15.00-17.00, serta diangin-anginkan antara pukul 11.00 – 15.00 pada tempat yang teduh. Maksud penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air, sampai yang tersisa sekitar 7-15 persen.4
Setelah pengeringan kulit sapi dirasa cukup, baru dilakukan perendaman dalam larutan garam selama 36 jam. Adapun nilai kejenuhan adalah 20° BE atau ratio 100 liter air dengan 50 kg garam. Dalam perendaman selama 36 jam, kepekatan harus terkontrol dengan baik dan harus dipertahankan standar 20 BE. Bila perendaman dalam larulan air garam sudah selesai, kulit sapi diangkat dan dibentangkan pada lantai yang miring untuk menuntaskan air. Perlu diingatkan, jangan sekali-kali kulit tersebut diperas, karena akan berdampak buruk terhadap kualitas kulit.4
Setelah melalui proses tahapan tersebut, ada dua cara selanjutnya yang perlu dilakukan, yakni:
a. Cara penggaraman kering
Bila penuntasan air dianggap cukup, bagian daging pada kulit ditaburi garam sebanyak 10 persen dari berat kulit sapi, dan kemudian didiam-kan sampai 2-3 jam. Pekerjaan yang terakhir adalah penjemuran kulit sapi dengan alat perentang sampai cukup kering.4
b. Cara penggaraman basah
Bila penuntasan air dianggap cukup, kulit dibentangkan dan bagian daging pada kulit ditaburi garam 30 persen dari berat kulit basah. Kemudian kulit lainnya ditumpukkan dengan bagian bulu di bawah, dan bagian daging ditaburi garam, dst. Selanjutnya kulit didiamkan selama 24 jam, dan ditaburi garam lagi sebanyak 20 persen dari berat kulit, didiamkan sampai 30 hari, sampai air tuntas sempurna.4
2) Usaha Penyamakan Kulit Sapi
Penyamakan kulit sapi, merupakan usaha pengawetan juga. Hasil penyamakan kulit mempunyai hargajual lebih tinggi karena kulit sapi sudah menjadi komoditi setengah jadi dalam pemasaran.4
Kulit sapi yang akan disamak, harus dicuci lebih dahulu dengan air bersih, agar menjadi lunak. Selanjutnya kulit bagian daging dibersihkan dari daging, lemak, noda kotoran atau darah yang menempel. Pembersihan dilakukan dengan pisau tumpul atau kikir.4
Kalau semuanya sudah dilaksanakan, baru disediakan air hangat yang
dicampur soda (borax), dan sabun cuci (detergent). Ukurannya 35 liter air, 2pO gram soda, dan 1.500 gram sabun cuci. Campuran diaduk sampai merata, baru kemudian kulit sapi direndam selama 2-3 jam. Bila sudah dianggap cukup, kulit sapi bisa segera diangkat dan dibilas dengan air bersih, tetapi tidak boleh diperas. Kulit yang sudah bersih bisa dijemur sebentar, lalu dicuci kulit bagian daging dengan bensin. Ini dilakukan untuk menghilangkan lemak yang masih menempel pada kulit, tetapi tidak terlihat oleh mata.4
Setelah melalui proses tahapan tersebut, ada dua cara lebih lanjut yang perlu dilakukan, yakni:4
a. Cara penyamakan kulit dengan garam dan asam belerang4
b. Cara penyamakan kulit dengan pasta4
Dari dua cara penyamakan kulit sapi, penyamakan kulit dengan garam dan asam belerang akan menghasilkan kualitas penyamakan lebih baik daripada cara penyamakan kulit dengan pasta, karena kulit sapi bisa lemas, berbeda dengan penyamakan dengan pasta yang menghasilkan kulit agak keras dan sulit dilipat.4
Namun untuk rnelaksanakan penyamakan kulit sapi dengan garam dan asam belerang, diperlukan pekerjaan yang hati-hati, sebab asam belerang yang kental sangat berbahaya bagi manusia bila asapnya sempat terhirup, dan bila sampai terkena pada kulit tangan dan baju. Pelaksanaan penyamakan kulit semacam ini, umumnya dilakukan oleh Industri Penyamakan Kulit.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Jonsen, G.D. 2004, Prospek dan Preferensi Masyarakat Terhadap Konsumsi Daging Sapi Olahan Di Indonesia. Jakarta.
2. Aberle, E. D., J.C. Forrest, D.E Gerrard, and E.W. Mills. 2001. Principles of Meat Science. fourth edition. Kendal/Hunt Publishing Company.
3. AAK. 2001. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Yogyakarta: Kanisius.
4. Agus Murtidjo, Bambang. 2010. Sapi Potong. Yogyakarta : Kanisius.
5. Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, and M. Wootton. 2007. Food Science. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
6. Santosa, Undang. 2007. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Bogor : PT Penebar Swadaya.
Tugas IBM dari dosen :
Definisi Daging
1. Menurut FDA
Daging adalah urat daging (otot) yang telah dikuliti dengan baik, berasal dari sapi, babi, domba, kambing, yang telah cukup dewasa dan sehat pada penyembelihan, terdiri dari otot-otot pada rangka, lidah, diafragma, jantung, dan esofagus, tetapi tidak termasuk otot-otot pada bibir, hidung atau moncong, dan telinga.
2. Menurut Departemen Perdagangan RI
Urat daging (otot) yang melekat pada kerangka, kecuali urat daging bagian bibir, hidung, dan telinga, yang berasal dari hewan yang sehat saat dipotong.
A. Komposisi Kimia Daging
Daging sebagai sumber protein hewani memiliki nilai hayati (biologicalvalue) yang tinggi mengandung :
Sumber | Komposisi Daging | |||
Protein (%) | Lemak (%) | Air (%) | Mineral danNon-Protein (%) | |
Forest et al. 1992 | 19 | 5 | 70 | 6 |
Lawrie 1991 | 18 | 3,5 | 75 | 3,5 |
Romans et al. 1994 | 20 | 9 | 70 | 1 |
(jumlah ini akan berubah bila hewan digemukkan, karena akan menurunkan persentase air dan protein serta meningkatan persentase lemak) |
Perbedaan persentase komposisi kimia dalam daging berlemak dan tidak berlemak :
Komposisi (%) | Daging Tanpa Lemak | Daging Berlemak |
Air | 70 | 62 |
Protein | 20 | 17 |
Lemak | 9 | 20 |
Abu | 1 | 1 |
Persentase komposisi kimia macam-macam daging :
Komposisi | Macam Daging | ||
Sapi | Domba | Babi | |
Air (%) | 66 | 66.3 | 42 |
Protein (%) | 18.8 | 17.1 | 11.9 |
Lemak (%) | 14 | 14.8 | 45 |
Ca (mg/gram) | 11 | 10 | 7 |
P (mg/gram) | 170 | 19 | 117 |
Fe (mg/gram) | 2.8 | 2.6 | 1.8 |
Vitamin A (SI) | 30 | – | – |
Vitamin B (mg/gram) | 0.08 | 0.15 | 0.58 |
Kadar asam amino dalam daging adalah sebagai berikut :
Jenis Asam Amino Esensial | Kadar (%) | Jenis Asam Amino Non-Esensial | Kadar (%) |
Arginin | 6.9 | Alanin | 6.4 |
Histidin | 2.9 | Asam Aspartat | 8.8 |
Isoleusin | 5.1 | Sistin | 1.4 |
Leusin | 8.4 | Asam Glutamat | 14.4 |
Lisin | 8.4 | Glisin | 7.1 |
Metionin | 2.3 | Prolin | 5.4 |
Phenilalalin | 4.0 | Serin | 3.8 |
Threonin | 4.0 | Tirosin | 3.2 |
Tripthopan | 1.1 | ||
Valin | 5.7 |
B. Jenis dan Sifat Khas Macam-macam Daging
Jenis Daging | Keterangan |
Daging Sapi |
|
Daging Kerbau |
|
Daging Kuda |
|
Daging Domba |
|
Daging Kambing |
|
Daging Babi |
|
Daging Ayam |
|
Daging Bebek |
|
Daging Kalkun | Daging kalkun jauh lebih keras dibandingkan dengan daging ayam negeri. |
C. Syarat Umum Daging Sehat
Daging yang dapat dikonsumsi adalah daging yang berasal dari hewan yang sehat. Saat penyembelihan dan pemasaran berada dalam pengawasan petugas rumah potong hewan serta terbebas dari pencemaran mikroorganisme. Secara fisik, kriteria, atau ciri-ciri daging yang baik adalah :
D. Mutu dan Kualitas Daging
Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen untuk memilih produk. Pada daging dan produk olahan daging, mutu daging ditentukan oleh mutu komposisi gizi atau rasio antara daging non-lemak dengan lemak dan palatabilitasnya yang mencakup penampakan, tekstur (juiciness dan keempukan) dan flavor. Secara visual, mutu daging dinilai dari warna, marbling, dan daya ikat air.
Kualitas daging dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik pada waktu hewan masih hidup maupun setelah dipotong. Faktor penentu kualitas daging pada waktu hewan hidup adalah cara pemeliharaan, yang meliputi : pemberian pakan, tata laksana pemeliharaan, dan perawatan kesehatan. Kualitas daging juga dipengaruhi oleh pengeluaran darah pada waktu hewan dipotong dan kontaminasi sesudah hewan dipotong.
a) Kualitas daging yang baik.
Kriteria yang dipakai sebagai pedoman untuk menentukan kualitas daging yang layak konsumsi adalah :
b) Kualitas daging yang tidak baik
Bau dan rasa tidak normal akan segera tercium sesudah hewan dipotong. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya kelainan sebagai berikut :
E. Manfaat Daging
Daging merah merupakan sumber terbaik elemen nutrisi esensial dan berbagai vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Banyak dari mineral-mineral ini tidak ditemukan pada biji-bijian dan sayuran. Daging merah mengandung protein tinggi dan mikro nutrien yang sangat esensial bagi kesehatan kita.Protein yang dikandungdagingmerahsangatdiperlukanbagipertumbuhandansangatmenentukankemampuantubuhmemeliharakondisinyadanmemperbaikikerusakan-kerusakan yang terjadi.Dagingmerupakansumberutamauntukmendapatkanasam amino esesial.Asam amino esensialterpenting di dalamototsegaradalah alanine, glisin, asam glutamate, danhistidin.
Ditinjaudarisegikandunganlemak, lemakpadadagingmengandungkombinasiberbagaiasamlemak, yaitu SFA (lemakjenuh), PUFA (asamlemaktidakjenuhganda), dan MUFA (asamlemaktidakjenuhtunggal). Makin sedikitlemakpadadaging, makakandungan PUFA akansemakintinggidankandungan SFA akansemakinrendah. Disampingitudagingmerahjugamengandungrantaipanjang n-3 PUFA yang bermanfaatbagikesehatanjantungkita, terutamabagi orang yang telahmengalamiseranganjantung.
Dalam 100g daging yang dihidangkansangat kaya akan vitamin B12 dansumberniasin, vitamin B6, sertaPosfor. Dagingmerahjugamengandung vitamin E yang larutdalamlemak.Selainitudagingmengandungtrace elementsepertizatbesidan zinc.Kekuranganzatbesidapatmenimbulkanberbagaipenyakitsalahsatunya Anemia.Pentingnya zinc yang dikandugdalamdagingberhubunganeratdenganaktivitasberbagaienzim.
Beberapa kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis daging.
a) Ayam
Ayam Daging ayam merupakan pilihan yang lezat sebagai alternatif daging merah. Manfaat dari daging ayam meliputi:
Kekurangannya : makan ayam goreng berlebihan dapat meningkatkan risiko sindrom koroner akut, meningkatkan kolesterol secara signifikan, dan meningkatkan risiko serangan jantung. Batasi diri Anda untuk memakan ayam, minimal dua kali dalam seminggu.
b) Kambing
Inilah jenis daging merah yang dikonsumsi di berbagai bagian dunia. Kelebihan daging kambing adalah:
Kekurangannya: Kandungan kolesterolnya tinggi dan tidak memiliki serat.
c) Sapi
Daging sapi dianggap pilihan yang paling populer dari semua daging merah.
Kelebihannya:
Kekurangan : Daging sapi mengandung lemak jenuh yang tinggi dan dianggap meningkatkan risiko kanker. Daging sapi yang tidak dimasak dengan benar juga bisa mengundang penyakit. Untuk pilihan terbaik, pilihlah daging sapi organik yang bebas hormon dan antibiotik. Selain itu pilihlah bagian daging tanpa lemak.
d) Babi
Meski di negara Muslim daging ini dilarang, tapi di banyak negara daging babi sangat populer.
Kekurangannya : Tinggi dalam kandungan lemak jenuh. Untuk mengurangi lemaknya, bersihkan daging dari semua lemaknya. Kekurangan lainnya, babi juga tinggi natrium sehingga tidak disarankan untuk orang dengan tekanan darah tinggi (hipertensi)
F. Hasil Olahan Daging
Macam-macam hasil olahan daging:
Makanan olahan dari daging angsa
1. Foire Gras
Foire gras merupakan makanan khas Perancis yang terbuat dari daging angsa. Nama foire gras disini memang tidak populer. Tapi hidangan ini bagi orang Eropa boleh dibilang begitu dekat. Terutama di Perancis, Bulgaria dan Hungaria. Olahan dari hati angsa ini tergolong tua di Eropa. Orang Bulgaria telah membuatnya sejak 2000 tahun lalu. Namun, hidangan ini pertama kali muncul di Mesir.
2. Mentok Bakar
Mentok bakar ialah mentok yang dibakar dengan sedikit garam dan bawang putih. Dilengkapi dengan sambal tomat hijau atau sambal jeruk nipis.
Makanan olahan dari daging kambing
1. Tengkleng
Tengkleng adalah masakan sejenis sup dengan bahan utama daging atau jeroan atau tulang kambing. Masakan ini berasal dari Solo. bentuk fisiknya hampir mirip dengan gulai kambing tapi kuahnya lebih encer.
2. Kebab
Kebab adalah sebutan untuk berbagai daging panggang atau bakar yang ditusuk menggunakan tusukan atau batang besi. Hidangan ini umum dijumpai pada masakan Timur Tengah, Kaukasus, Asia Tengah, Asia Selatan dan beberapa masakan Afrika.
3. Gulai
Gulai adalah sejenis makan yang dimasak dengan menggunakan bahan baku dari daging kambing, sapi, ayam, atau jenis daging lain yang memiliki ciri khas berwarna kuning karena pengaruh dari fitrat kunyit. Makanan ini adalalah bentuk lain dari kari. Cirinya berminyak dan menggunakan santan kelapa.
4. Tongseng
Tongseng adalah makanan sejenis gulai namun dengan bumbu yang lebih tajam. Perbedaan yang lebih jelas adalah penggunaan dagingnya. Tongseng dibuat dari daging yabg masih melekat pada tulang, terutama tulang iga dan tulang belakang. Tongseng terbuat dari daging kambing dan ditumis dengan berbagai sayuran seperti kol, bawang, tomat dan ditambah bumbu dan kecap. Biasanya tongsenng dijual bersama dengan sate kambing. Tongseng dianggap sebagai makanan khas Solo dan sekitarnya.
Makanan olahan dari daging sapi
1. Bakso
Bakso atau baso adalah makanan berupa bola daging. Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi dan tepung tetapi ada juga yang terbuat dari daging ayam atau ikan. Untuk jenis bakso daging sapi, ayam, dan ikan sekarang banyak ditawarkan dalam bentuk frozen yang dijual di minimarket, supermarket, swalayan dan mall. Dalam penyajiannya bakso biasa dsajikan dengan kuah kaldu dan mi. Ada beberapa pedagang yang dalam proses pembuatanya menggunakan boraks atau bleng untuk membuat tepung lebih kenyal mirip daging, hal ini membuat bakso pernah dianggap makanan yang kurang aman oleh BPOM.
Pembuatan bakso terdiri dari tahap pemotongan daging, penggilingan daging, penghalusan daging giling sekaligus pencampuran dengan bahan pembantu dan bumbu, pencampuran dengan tepung tapioka dan sagu aren, pembentukan bola-bola dan perebusan.
Perebusan bakso dilakukan dalam dua tahap agar permukaan bakso yang dihasilkan tidak keriput dan tidak pecah akibat perubahan suhu yang terlalu cepat.Tahap pertama, bakso dipanaskan dalam panci berisi air hangat sekitar 60oC sampai 80oC, sampai bakso mengeras dan terapung. Tahap kedua, bakso direbus sampai matang dalam air mendidih.
2. Sosis
Sosis adalah makanan yang terbuat dari daging cincang, lemak hewan dan rempah serta bahan-bahan lain. Sosis umumnya dibungkus dalam suatu pembungkus yang secara tradisional menggunakan usus hewan, tapi sekarang kebanyakan menggunakan bahan sintesis serta diawetkan dengan suatu cara, misalnya pengasapan. Pembuatan sosis merupakan suatu teknik produksi dan pengawetan makanan yang telah dilakukan sejak lama. Dibanyak Negara, sosis merupakan toping popular untuk pizza.
Komposisi nilai gizi pada sosis yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3820-1995), dengan ketentuan sebagai berikut :
Namun dibalik kelezatan sepotong sosis, perlu diwaspadai pula bahaya yang dapat ditimbulkan bagi kesehatan. Pada beberapa jenis produk sosis mengandung kadar lemak dan kolesterol serta sodium yang cukup tinggi yang berpotensi dapat menyebabkan timbulnya penyakit jantung, stroke, maupun hipertensi apabila dikonsumsi secara berlebihan.
3. Dendeng
Dendeng adalah daging yang dipotong tipis menjadi serpihan yang lemaknya dipangkas, dibumbui dengan saus asam, asin atau manis dengan dikeringkan dengan api kecil atau dijemur. Hasilnya adalah daging yang asin dan semi manis yang tidak perlu disimpan di lemari es.
4. Kornet
Daging kornet atau cornet beef adalah daging sapi yang diawetkan dalam brine yang kemudian dimasak dengan cara simmering. Biasanya digunakan potongan daging yang seratnya memanjang seperti brisket. Nama cornet beef berasal dari garam kasar yang digunakan. Corn artinya butiran, yaitu butiran garam.
5. Steak
Steak atau bistik adalah sepotong daging besar biasanya daging sapi. Daging merah, dada ayam dan ikan sering kali dijadikan steak. Kebanyakan steak dipotong tegak lurus dengan fiber otot, menambah kelegitan daging. Steak biasanya dipanggang meskipun dapat digoreng atau dibroil.
6. Abon
Abon merupakan makanan yang praktis dan siap saji. Abon dapat disajikan bersama nasi, roti, atau sebagai pengisi kue kering. Abon bisa terbuat dari daging. Umumnya daging sapi atau kerbau. Abon tergolong produk olahan daging yang awet. Untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan, abon dikemas dalam kantong plastik dan ditutup dengan rapat. Dengan cara demikian, abon dapat disimpan pada suhu kamar selama beberapa bulan.
Pembuatan abon terdiri dari perebusan daging, penumbukan daging, pembentukan serat daging halus, penambahan bumbu, dan pengeringan. Perebusan dan penumbukan daging bertujuan untuk memudahkan pembentukan serat-serat halus.
Sebagaimana bahan aslinya yaitu daging, abon merupakan sumber protein. Abon terbuat dari daging yang tidak berlemak, namun kandungan lemak pada abon masih cukup tinggi, karena adanya proses penggorengan dalam pengolahan daging menjadi abon. Mutu protein pada abon terbilang lebih rendah dibanding dengan daging, disebabkan dalam pembuatan abon terdapat proses pencokelatan (browning). Reaksi browning menyebabkan protein bereaksi dengan karbohidrat sehingga susah dicerna oleh enzim pencernaan. Kandungan gizi yang terkandung dalam 10 gram abon sapi murni:
Komposisi | Nilai |
Energi | 212 Kkal |
Protein | 18 gram |
Lemak | 10.6 gram |
Karbohidrat | 59.3 gram |
Kalsium | 150 mg |
Fosfor | 209 mg |
Besi | 12.3 mg |
Vitamin A | 138 RE |
Vitamin B1 | 0.17 mg |
Air | 7.1 % |
7. Rendang
Rendang daging adalah masakan tradisional bersantan dengan daging sapi sebagai bahan utamanya. Masakan khas dari Sumatra Barat ini sangat banyak digemari disemua kalangan masyarakat. Selain daging sapi, rendang juga menggunakan kelapa, dan campuran dari berbagai bumbu khas Indonesia.
Makanan olahan dari daging ayam
1. Nugget
Nugget adalah salah satu pangan hasil olahan daging ayam yang memiliki citarasa khas daginng, biasanya berwarna kuning oranye.
2. Betutu
Betutu adalah lauk yang terbuat dari ayam atau bebek utuh yang berisi bumbu, kemudian dipanggang di api sekam. Betutu ini telah dikenal diseluruh kawasan pulau Bali. Konsumennya tidak hanya masyarakat Bali saja, namun warga Indonesia dan turis asing juga bayak yang menyukai masakan ini. Betutu tidak tahan lama.
3. Sate Ayam
Sate ayam adalah makanan khas Indonesia. Sate ayam dibuat dari daging ayam. Pada umumnya sate ayam dimasak mdengan cara dipanggang menggunakan arang. Dan disajikan dengan bumbu kacang atau bumbu kecap. Sate biasanya disajikan dengan lontong.
4. Ayam Goreng
Ayam goreng adalah hidangan dari daging ayam yang digoreng dalam minyak panas. Beberapa rumah makan siap saji mengkhususkan diri menghidangkan ayam, misalnya Kentucky Fried Chicken. Sementara itu beberapa rumah makan di Indonesia juga menghidangkan ayam goreng tradisional Indonesia.
Makanan olahan dari daging bebek
1. Bebek Goreng
Bebek goreng adalah makanan khas Jawa Timur. Bebek goreng dapat kita jumpai dari kaki lima hingga restoran besar. Bebek goreng biasanya disajikan dengan nasi hingga disebut dengan nasi bebek. Selain itu juga disajikan dengan lalapan seperti daun kemangi. Yang paling khas dari nasi bebek adalah bumbu kuning yang disiramkan pada nasi.
2. Bebek peking
Bebek peking adalah makanan khas Tingkok yang berasal dari Beijing. Makanan ini juga dapat dijumpai di Thailand. Bebek peking orisinil dibuat dari bebek-bebek yang diternakan secara khusus. Bebek tersebut disajikan setelah dipanggang dengan kayu-kayu bakar khusus yang akan menentukan wangi atau tidak bebek yang dipanggang tadi.
3. Bebek Betutu
Bebek betutu adalah masakan kebanggaan masyarakat bali. Biasanya dibuat dari bebek yang dibungkus daun pisang lalu dibungkkus pelepah pinangsehingga rapat. Bebek ditanam dilubabg ditanah lalu ditutup dengan bara api selama 6-7 jam.
Makanan olahan dari daging babi
Babi guling adalah sejenis makanan dari anak babi dimana perutnya diisi dengan bumbu dan sayuran. Lalu dipanggang sambil diputar-putar sampai matang. Awalnya babi guling hanya digunakan sebagai sajian dalam upacara namun sekarang babi guling sudah banyak dijual.
2. Currywurst
Currywurst adalah makanan dari Jerman dengan bahan utama sosis babi yang dipotong tipis, bumbu kari dan bubuk kari secukupnya. Currywust biasanya disajikan dengan kentang atau roti.
3. Bakut
Bakut merupakan hidangan khas Tionghoa yang merupakan paduan sayuran dan kaldu babi.
G. Cara Penyimpanan Daging
Perlu Anda ketahui daging segar tahan disimpan di chiller atau penyimpanan dingin hanya 2-3 hari pada suhu dibawah 4oC dan bila ingin menyimpannya lebih lama, masukkan di dalam freezer atau penyimpanan beku. Di freezer pada suhu -18oC sampai -23,5oC, daging bisa bertahan hingga 3 bulan. Ada beberapa syarat agar daging tetap segar dan aman diolah setelah disimpan di freezer:
Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.
Here are some suggestions for your first post.